Cute Blue Flying Butterfly

Sabtu, 25 Januari 2014

Drama "Anekdot Hukum Peradilan"



Disebuah ruangan pengadilan terjadilah sebuah perdebatan yang menghebohkan dan menegangkan. Suasana yang begitu ramai dan ribut membuat peristiwa yang semakin menjadi-jadi.
Keluarga pemilik pedati           : “ yang mulia hakim, saya tidak terima keluarga saya kehilangan pedati beserta kuda dan dagangan didalamnya yang hanyut kesungai karena jembatan yang dilalui oleh saya itu roboh. Pembuat jembatan itu harus dihukum!”
Yang Mulia Hakim                   : “ tenang-tenang, baiklah saya akan mengabulkan permintaan anda dan memanggil si Pembuat Jembatan itu kehadapan saya untuk diintrogasi atas kesalahannya.”
            Datanglah si Pembuat Jembatan itu kehadapan Yang Mulia Hakimdengan keadaan yang biasa saja tanpa ada rasa gugup.
Pembuat Jembatan                   : “ada yang bisa saya bantu Yang Mulia Hakim? Mengapa saya dipanggil kepersidangan ini? Apa kesalahan yang saya lakukan?”
Yang Mulia Hakim                   : “ ya tentu jelas anda dipanggil ke persidangan ini karena untuk disidang bukan disuruh nyate! Anda telah membuat kesalahan dengan membuat jembatan yang kurang bagus dan rapuh, sehingga keluarga pemilik pedati kehilangan harta bendanya karena jatuh dari jembatan itu dan hanyut ke sungai”
Pembuat Jembatan                   : “ aih lah kok saya yang disalahkan Yang Mulia Hakim? Seharusnya si Tukang Kayu yang disalahkan karena dialah yang membawa kayu yang tidak bagus untuk membuat jembatan yang akan saya buat.”
Yang Mulia Hakim                   : “ oh, jadi yang salah itu si Tukang Kayu toh? Baiklah saya akan memanggilnya kemari untuk diadili. Kalau begitu terimakasih atas informasinya?”
Pembuat Jembatan                   : “ iya terimakasih kembali Yang Mulia Hakim”
            Yang Mulia Hakim memanggil si Tukang Kayu untuk diadili di Persidangan. Kemudian, datanglah si Tukang Kayu dengan jalan yang santai.
Si Tukang Kayu                        : “ ada apa Yang Mulia Hakim? Apa kesalahan saya sehingga saya dipanggil ke Persidangan ini?”
Yang Mulia Hakim                   : “ ada apa – ada apa? Anda telah membuat kesalahan yang besar! Kayu yang anda bawa itu jelek dan rapuh, sehingga si Pemilik Pedati itu jatuh kesungai dan barang-barangnya hanyut.
Si Tukang Kayu                        : “ loh loh loh kok saya yang disalahkan? Seharusnya si Penjual Kayu, karena dia telah menjual kayu yang jelek dan rapuh kepada saya.”
Yang Maha Hakim                   : “ oh, iyaya benar juga kamu itu. Okelah kalau begitu saya akan memanggil si Penjual Kayu itu.”
            Lalu, Yang Mulia Hakim memanggil si Penjual Kau untuk diadili. Datanglah si Penjual Kayu kehapan Yang Mulia Hakim.
Si Penjual Kayu                        : “ Yang Mulia Hakim apa kesalahn saya sehingga saya dipanggil ke persidangan ini?”
Yang Mulia Hakim                   : “ kesalahan anda sangat besar segede gunung, anda telah menjual kayu yang jelek seperti muka kamu itu kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan membuat si Pemilik Pedati jatuh kesungai.”
Si Penjual Kayu                        : “ apaaa? Kok saya yang salah? Seharusnya si Pembantu saya yang salah. Dialah yang  menyediakan macam-macam kayu dan dialah yang memberikan kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu.”
            Yang Mulia Hakim berfikir bahwa yang dikatakannya itu benar dan akhirnya si Pembantu dipanggil olehnya.
Pembantu tinggi dan gemuk      : “ Yang Mulia Hakim apa kesalah saya sehingga saya dipanggil kesini?”
Yang Mulia Hakim                      : “ anda telah memberikan kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu dan membuat jembatan itu roboh! Anda harus dihukum!”
Pembantu tinggi dan gemuk      : “ baiklah kalau itu kesalahan saya, saya terima dengan hati yang ikhlas dan ridho untuk dihukum.”
Yang Mulia Hakim                      : “ okeh, baguslah kalau begitu anda telah menyadarinya sendiri.”
            Dimasukkanlah Pembantu Tinggi Gemuk itu kedalam penjara yang sempit dan menyita uangnya.
Pengawal                                    : “ Yang Mulia Hakim, ternyata tempat penjaraannya tidak cukup untuk si Pembantu Tinggi Gemuk itu, karena tubuhnya terlalu besar untuk dimasukkan kedalam penjaraanya dan dia tidak punya uang untuk disita,”
Yang Mulia Hakim                   : “ hahaha.... bodoh kamu! Carilah Pembantu Pendek Kurus dan punya uang untuk bisa dimasukkan kedalam penjaraannya.”
Pengawal                                    : “ baiklah kalau begitu saya akan mencarinya.”
            Kemudian Pengawal mencari Pembantu Pendek Kurus dan punya uang. Lalu, membawanya kehadapan Yang Mulia Hakim untuk dipenjara.
Pembantu Pendek Kurus         : “ wahai, Yang Mulia Hakim apa kesalahan saya sehingga saya harus dipenjara?”
Yang Mulia Hakim                   : “ kesalahanmu itu berbadan pendek, kurus, punya uang hidup pula. Maka dari itu anda harus dipenjara.”
Pembantu Pendek Kurus         : “ oh begitu, okehlah jika itu kesalahan saya, saya terima walau sakit hati.”
            Kemudian, dimasukkanlah so pembantu Pendek Kurus itu kedalam sel penjara.
Yang Mulia Hakim                   : “ saudara-saudara, apakah hukuman penjara untuk si Pembantu Pendek Kurus dan punya uang tadi adil?”
Masyarakat                                : “ iya, sangat adil Yang Mulia Hakim.”
            Akhirnya perdebatan itu telah selesai dibincang-bincangkan dan mereka semua telah pergi meninggalkan ruangan pengadilan dan pulang kerumah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar