Disebuah ruangan pengadilan terjadilah sebuah
perdebatan yang menghebohkan dan menegangkan. Suasana yang begitu ramai dan
ribut membuat peristiwa yang semakin menjadi-jadi.
Keluarga pemilik pedati :
“ yang mulia hakim, saya tidak terima keluarga saya kehilangan pedati beserta kuda dan dagangan
didalamnya yang hanyut kesungai karena jembatan yang dilalui oleh saya itu
roboh. Pembuat jembatan itu harus dihukum!”
Yang Mulia Hakim : “ tenang-tenang, baiklah
saya akan mengabulkan
permintaan anda dan
memanggil si Pembuat Jembatan itu kehadapan saya untuk diintrogasi atas
kesalahannya.”
Datanglah si Pembuat Jembatan itu kehadapan Yang
Mulia Hakimdengan keadaan yang biasa saja tanpa ada rasa gugup.
Pembuat Jembatan : “ada yang bisa saya bantu Yang Mulia Hakim?
Mengapa saya dipanggil kepersidangan ini? Apa kesalahan yang saya lakukan?”
Yang Mulia Hakim : “ ya tentu jelas anda
dipanggil ke persidangan ini karena untuk disidang bukan disuruh nyate! Anda
telah membuat kesalahan dengan membuat jembatan yang kurang bagus dan rapuh, sehingga
keluarga pemilik pedati kehilangan harta bendanya karena jatuh dari jembatan
itu dan hanyut ke sungai”
Pembuat Jembatan : “ aih lah kok saya yang disalahkan Yang Mulia
Hakim? Seharusnya si Tukang Kayu yang disalahkan karena dialah yang membawa kayu yang tidak
bagus untuk membuat jembatan yang akan saya buat.”
Yang Mulia Hakim : “ oh, jadi yang salah itu
si Tukang Kayu toh? Baiklah saya akan memanggilnya kemari untuk diadili. Kalau
begitu terimakasih atas informasinya?”
Pembuat Jembatan : “ iya terimakasih kembali
Yang Mulia Hakim”
Yang Mulia Hakim memanggil si Tukang Kayu untuk
diadili di
Persidangan. Kemudian, datanglah si Tukang Kayu dengan jalan yang santai.
Si Tukang Kayu : “ ada apa Yang Mulia
Hakim? Apa kesalahan
saya sehingga saya dipanggil ke Persidangan ini?”
Yang Mulia Hakim : “ ada apa – ada apa? Anda
telah membuat kesalahan yang besar! Kayu yang anda bawa itu jelek dan rapuh,
sehingga si Pemilik Pedati itu jatuh kesungai dan barang-barangnya hanyut.”
Si Tukang Kayu : “ loh loh loh kok saya
yang disalahkan? Seharusnya si Penjual Kayu, karena dia telah menjual kayu yang
jelek dan rapuh kepada saya.”
Yang Maha Hakim : “ oh, iyaya benar juga
kamu itu. Okelah kalau begitu saya akan memanggil si Penjual Kayu itu.”
Lalu, Yang Mulia Hakim memanggil si Penjual Kau
untuk diadili. Datanglah si Penjual Kayu kehapan Yang Mulia Hakim.
Si Penjual Kayu : “ Yang Mulia Hakim apa
kesalahn saya sehingga saya dipanggil ke persidangan ini?”
Yang Mulia Hakim : “ kesalahan anda sangat besar segede
gunung, anda telah menjual kayu yang jelek seperti muka kamu itu kepada si
Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan membuat si Pemilik
Pedati jatuh kesungai.”
Si Penjual Kayu : “ apaaa? Kok saya yang
salah? Seharusnya si
Pembantu saya yang salah. Dialah yang menyediakan
macam-macam kayu dan dialah yang memberikan kayu yang jelek kepada si Tukang
Kayu.”
Yang Mulia Hakim berfikir bahwa yang dikatakannya
itu benar dan akhirnya si Pembantu dipanggil olehnya.
Pembantu tinggi dan gemuk : “
Yang Mulia Hakim apa kesalah saya sehingga saya dipanggil kesini?”
Yang Mulia Hakim : “ anda telah memberikan
kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu dan membuat jembatan itu roboh! Anda
harus dihukum!”
Pembantu tinggi dan gemuk : “
baiklah kalau itu kesalahan saya, saya terima dengan hati yang ikhlas dan ridho
untuk dihukum.”
Yang Mulia Hakim : “ okeh, baguslah kalau
begitu anda telah menyadarinya sendiri.”
Dimasukkanlah Pembantu Tinggi Gemuk itu kedalam
penjara yang sempit dan menyita uangnya.
Pengawal : “ Yang Mulia Hakim,
ternyata tempat penjaraannya tidak cukup untuk si Pembantu Tinggi Gemuk itu,
karena tubuhnya terlalu besar untuk dimasukkan kedalam penjaraanya dan dia
tidak punya uang untuk disita,”
Yang Mulia Hakim : “ hahaha.... bodoh kamu!
Carilah Pembantu Pendek Kurus dan punya uang untuk bisa dimasukkan kedalam
penjaraannya.”
Pengawal : “ baiklah kalau begitu
saya akan mencarinya.”
Kemudian Pengawal mencari Pembantu Pendek Kurus
dan punya uang. Lalu, membawanya kehadapan Yang Mulia Hakim untuk dipenjara.
Pembantu Pendek Kurus :
“ wahai, Yang Mulia Hakim apa kesalahan saya sehingga saya harus dipenjara?”
Yang Mulia Hakim : “ kesalahanmu itu
berbadan pendek, kurus, punya uang hidup pula. Maka dari itu anda harus
dipenjara.”
Pembantu Pendek Kurus :
“ oh begitu, okehlah jika itu kesalahan saya, saya terima walau sakit hati.”
Kemudian, dimasukkanlah so pembantu Pendek Kurus
itu kedalam sel penjara.
Yang Mulia Hakim : “ saudara-saudara, apakah hukuman penjara untuk si Pembantu Pendek Kurus dan punya uang tadi adil?”
Masyarakat : “ iya, sangat adil Yang
Mulia Hakim.”
Akhirnya perdebatan itu telah selesai
dibincang-bincangkan dan mereka semua telah pergi meninggalkan ruangan
pengadilan dan pulang kerumah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar