Karya: Sri Puji Susilawati
Pada waktu dahulu hiduplahsepasang suami istri yang mempunyai dua anak
yang bejenis kelamin laki-laki semua. Beberapa bulan kemudian sang istripun
meninggal dunia karena ia mempunyai penyakit yang sangat parah sehingga tidak dapat diobati dan
iapun meninggalkan kedua anaknya beserta suaminya. Disuatu ketika ayah dari
kedua anak tersebut bekerja keras dan berusaha untuk menghidupi kedua anknya
dengan cara apapun agar kedua anaknya itu bisa sekolah kejenjang yang tinggi.
Kedua anak tersebut yang bernama Ridwan dan Wawan itu satu sama lainnya
saling melengkapi dan tidak pernah bermusuhan apalagi bertengkar, walaupun
mereka kehidupannya amat sederhana. Ketika kakaknya yang bernama Ridwan
menginjak umur 14
tahun yang baru saja duduk dikelas 2 SMP itu sedangkan adiknya yang bernama
Wawan yang baru duduk dibangku kelas 5 SD. Ayah dari kedua anak tersebut
sangatlah berjuang demi apaun yang penting anaknya bisa bahagia walau ia tidak
perduli apa nanti yang akan tertimpa olehnya, yang sekarang ayahnya itu bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah perumahan.
Saat itu ayah mereka menimpa sebuah kecelakaan yang amat serius pada bagian kakinya yang terkena besi-besi
bangunan yang sangat lumayan berat sekali sehingga kakinya tersebut harus diamputasi. Ridwan dan
Wawan sangat bingung dan sedih sekali, mereka tidak tau harus bagaimana caranya agar
bisamengobati dengan
secara modren dan sedangkan mereka hanyalah keluarga yang sederhana dan untuk
makanpun hanya apa adanya, apalagi untuk
membiayai biaya rumah
sakit dan persalinan
ayahnya. Dan akhirnya mereka berfikir apakah diantara mereka harus mengalah
untuk keluar dari sekolah dan tidak melanjutkannya sebab untuk mencari biaya
pengobatan ayahnya. Dan akhirnya adiknya yang bernama Wawanpun ia rela keluar dari sekolah demi
ayahnya yang sakit itu dan kakaknya yang ingin mengejar suatu impiannya. Wawan
tidak mau melihat keluarganya menangis dan bersedih dan ia ingin membahagiakan
kakaknya dan ayahnya agar bisa tersenyum gembira.
Lima tahun kemudian Ridwan dan Wawan ditinggal pergi untuk selamanya lagi
oleh ayahnya yang tercinta itu dan mereka hidup hanya berdua saja. Wawan yang
hanya kini keluar dari sekolahnya ia sekarang bekerja sebagai buruh panggul
dipasar tradisional, dengan alasan ia ingin mewujudkan impian kakaknya itu yang ingin menjadi
MANAJER PERUSAHAAN. Kini kakaknya Ridwan sekolah di vakultas kebisnisan yang
dibiayai dengan hasil dari kerja keras adiknya itu. Suatu ketika adiknya pergi
meninggalkan kakaknya dengan alasan ia tidak mau memalukan kakaknya didepan teman-temannya sebab malu
dengan keadaan adikny. Dan beberapa hari, minggu dan bulan Ridwan selalu
mencari-cari adiknya itu tetapi pencarian itu sunnguh tidak dapat hasil
sedikitpun yang ada ia hanya salah orang saja ketika ia mencari sang adik tercintanya itu.
Disaat perjalan pulang dari sekolahnya itu Ridwan melihat Wawan adiknya yang
sedang duduk dipinggir jalan sambil membawa koran dengan pakaian yang
compang-camping tidak karuan, Ridwan sangat sedih hatinya terasa bersalah melihat
adiknya seperti itu dan sedangkan dia dirumah makan dengan yang enak dan
berkehidupan yang layak tapi kenpa adiknya seperti itu?. Lalu Ridwan memanggil
adiknya “Wawannnnnnnnnnnn...” , Wawanpun menoleh kebelakang tetapi bukannya ia menyaut kakakny ia malah pergi dan lari enah
kemana. Ridwan merasa ia bersalah besar kepada adiknya dn merasa bahwa ia telah
menelantarkan adiknya.
Dua tahun telah berlalu dan Ridwanpun masih mencari adiknya yang kini
entah kemana ia pergi dan ia tinggal. Disaat pertamakali Ridwan melihat adiknya ia langsung
berteriak memanggil namanya dan mengejarnya sampai ia benar-benar mendapatkan
adiknya, dan lalau Ridwan bertanya “kenapa kau selalu menghindar dariku wan ?”,
wawan hanya terdiam seolah ia tak mendengar pembicaraan kakaknya. “wan jawab mengapa kau
seringkalimenghindar ketika aku memanggilnamanmu? Apakah aku bersalah kepadamu
apakah kau benci padaku katakanlah wan ?”, “tidak! Aku samasekali tidak
membencimu dan sama sekali kaka tidak bersalah kepadaku.” Jawab adiknya dengan muka
yang kecut, “tapi kenapa kau selalu menghindar ketika aku panggil namamu ?”
bujuk kakakny, “aku bersalah aku takut memalukanmu kak !” jawab dengan lesunya,
“kau tidak bersalah dan kau tidak memalukan aku, tapi aku yang membuatmu merasa malu. Aku sekarang
sukses itu karena mu wan, dan aku ingin kita hidup bersama lagi dan kau selalu
ada disampingku menemaniku disaat suka maupun duka bukan seperti ini yang kau
selalu menghindar terus dari aku wan?” terus membujuk adiknya. Tapi Wawan terus pergi dan tak mau
melhat kakanya, ia hanya ingin kakanya bahagia tanpa seorang adik yang selalu
mengganggunya dan ia ingin melihat kakaknya hidup bahagia dan sukses tanpa
seorang adik yang dulu ia selalu dimarahi oleh ayahnya. Wawan merasa bersalah pada kakaknya karena dahulu
yang selalu disayang itu Wawan bukan Ridwan maka dari itu Wawan ingin
membalasnya dengan mewujudkan impiannya tanpa seorang adik yang selalu membuatnya marah dan kesal. Wawan
ikhlas demi apapun
yang ia lakukan terhadap kakaknya itu tanpa ia melihat kehidupan ia sekarang yang menjadi
buruh dipasar ataupun penjual koran jalanan.
KESIMPULAN :
Janganlah menyia-nyiakan seorang
saudaranya sendiri, karena suatu saat nanti dia juga akan membantunya dan bisa membuat kita menjadi
sukses.