karya : sri puji susilawati
Maria adalah
seorang wanita yang gemar sekali membaca dan menulis. Setiap hari ia
selalu pergi ke perpusatakaan disekolahnya, diperpustakaan sekolahnya itu
terdapat buku-buku cerita dan bermacam-macam buku pelajaran. Maria sangatlah gemar membaca buku cerita tentang kehidupan selain itu juga ia sangatlah suka membaca buku
pelajaran yang sempat ia belum pelajarai. Perpustakaan sekolahnya
itu sangatlah ramai dengan pengunjung dan suasana tempatnya itu bersih,sejuk
dan tenang yang membuat Maria sangat betah berada disana, ia sangatlah berbeda dengan
teman-teman sebayanya yang kalau istirahat semuanya tertuju pada kantin tetapi
Maria malah pergi ke tempat bacaan diperpustakaan. Maria kalau
pergi keperpustakaan entah kemanapun ia pergi selalu saja membawa buku diary kesayangannya
dan ia tidak pernah lupa. Suatu hari ia menuliskan sebuah
pengalamannya yang sangat ia sukai “ Dear diary, hari ini aku senang sekali bisa berteman dengan teman-teman
yang baik seperti mereka yang selalu menolong sesama manusia tanpa mengenal keadaan
dan fisik, hati mereka sungguh mulia....”
Begitulah,
setiap Maria mengalami sesuatu yang buruk, bahagia dan sedih ia selalu tuangkan
ceritanya kedalam buku diarynya itu, Maria menganggap buku diarynya itu sebagai
sahabat terdekatnya karena buku diary itu selalu menemaninya kemanapun ia pergi dan selalu
membawanya tanpa ada kata lupa, semua cerita kisah hidupnya tertera dibuku
diary itu. Disuatu ketika Maria sedang menulis kisahnya
ditempat duduk depan kelas, tiba-tiba temannya Maria yang bernama Rini dengan sengaja merebut
buku diary milik Maria, ia ingin tau apa saja
yang ditulis tentangnya. Rini adalah teman yang tidak
suka dengan Maria, ia selalu saja mengganggu Maria dimanapun Maria berada. “hey kamu Maria sedang menulis apaan?” sapa Rini, “aku sedang menulis tentang hari ini.” Jawab Maria. “coba sini aku lihat, mungkin saja kamu sedang
menulis tentang keburukanku ya?.” dengan
memaksa untuk merebut buku diary milik Maria, “tidak! Aku tidak menulis tentang keburukanmu, yang aku tulis tentang kisahku hari ini
yang sangat senang karena dapat pujian dari ibu guru.” Berbicara lembut dengan keadaan yang
spontanitas, “ahhh kamu bohong? Aku tau kok kamu kan tidak suka dengan aku, bisa jadi itu hanya alasan kamu
saja supaya aku tidak melihat isi buku diary yang kamu tulis tentang aku kan?” Rini mengelaknya. (hening), kemudian Maria pun pergi dari tempat itu dan meninggalkan Rini yang
sedang berbicara sendirian.
Untungnya Maria lari dari tempat duduk depan kelasnya
untuk menghindar dari Rini yang memaksa ingin merebut buku diarynya itu. Bel pun bunyi
untuk pulang sekolah, biasanya Maria pulang bersama teman-temannya tetapi hari
ini Maria harus pulang sekolah sendiri karena teman-temannya ingin kerja kelompok
disekolahan. Dalam perjalanan pulang Maria bertemu dengan seorang kakek tua yang ingin menyebrang jalan, ia
melihat kakek itu susah sekali untuk menyebrang dan ia pun menolongnya untuk
menyebrangkan kakek tua kesebrang jalan yang ramai sekali dengan kendaraan. “kakek mau nyebrang? Sini aku bantu kek?” bujuk Maria, “iya cu, boleh kok dari tadi kakek susah sekali untuk menyebrang kesana
soalnya kendaraan dijalan ngebut-ngebut.” Jawab kakek tua.
Mariapun menyebrangkan kakek tua itu kesebrang jalan dan kembali lagi melanjutkan perjalanan yang
ia tuju. Berhenti sejenak disebuah taman
bunga yang tidak jauh dengan rumahnya Maria sempatkan diri untuk menulis sebuah
kisahnya yang tadi sudah menolong
seorang kakek tua “ Dear diary, hari ini aku senang
bisa menolong kakek tua yang susah untuk menyebrangi sebuah jalan yang berada disebrang
tadi, sungguh aku tidak menyangka ternyata dihati aku ini terdapat sebuat
malaikat penolong....” Setelah itu
Maria melanjutkan perjalan
kerumahnya, tidak disangka buku diarynya terjatuh dijalan tanpa Maria
mengetahuinya.
Setibanya dirumah
Maria meletakkan tas di meja belajarnya dan ia istirahat
dikamar. Ketika malam tiba ia belajar untuk besok setelah belajar Maria tidak lupa untuk
membaca dan menuliskan kembali diarynya, tiba-tiba Maria keheranan karena buku
diarynya itu hilang dan tidak ada didalam tasnya. Ia mencari
kesetiap sudut rumahnya dan bertanya pada mamahnya “ mah mah mah? Tau tidak buku diary aku kemana?” tanya Maria
kebingungan, “mamah tidak tau sayang,
memangnya tadi kamu simpan dimana?” jawab
mamahnya yang sama-sama kebingungan, “tadi aku simpan
ditas.” Wajahnya yang
mulai mengerut. “coba deh dicari lagi, mungkin kamu lupa simpannya dimana?” nasihat mamahnya. Waktupun semakin
malam dan Maria masih saja mencari buku diary kesayangannya, ia tidak mau
kehilangan buku
diarynya itu karena semua kisahnya tertera disitu apalagi kalau kebaca dengan
orang yang tidak suka dengan Maria pasti saja buku diary itu akan dibuang dan
tidak dikembalikan atau disebarkan keseluruh teman-temannya. Dengan terpaksa Maria tidur dan berdoa supaya besok buku diarynya bisa kembali
lagi.
Keesokan harinya
Maria berangkat sekolah seperti biasa dan mukanya kusut seperti benang yang
tidak teratur. “Maria kenapa kamu ? kok
muka mu kusam begitu sih ? ada masalah apa dirumah kamu?’ tanya Dita
(teman sebangkunya), “engga kenapa-kenpa kok, aku
hanya sedih...” jawab dengan lesu dan
dipotong pembicaraannya oleh Dita , “sedih kenapa? Cerita dong cerita? Mungkin aku bisa menolongnya?” bertanya rasa ingin tau, “gini taa, aku
kehilangan buku
diaryku, padahal aku simpan ditas kemarin pada saat aku selesai menulis kisah
ku ditaman dekat rumahku taa.” Ceritanya dengan wajah sedih, “mungkin buku diary kamu terjatuh ditaman
itu.” Tebakan jitu Dita, “bisa jadi, tetapi apakah mungkin buku itu terjatuh
disana? Kalau tidak habislah hidupku” menjawab dengan semangat dan lesu, “mungkin saja, ya sudah jangan sedih ya nanti kita cari sepulang sekolah, okeh ?” bujuk Dita, “okeh deh taa, kamu sungguh teman yang baik deh” rasa senang.
Pulang sekolahpun
tiba dan bel berbunyi, Maria dan Dita pulang bersama untuk mencari buku diary milik Maria. Setibanya ditaman mereka mencari buku diary kesetiap sudut dan ternyata apa
yang terjadi? Buku diarynya tidak ada melainkan hanya daun-daun
yang berserakan ditempat itu, wajah Maria semakin mengerut seperti jerut kecut yang masih muda. “Maria bukunya tidak ada ditempat ini, sudah aku cari
kemana-mana tetapi tidak ada.” Tanya lesu, “jadi bagaimana? Aku takut
bukunya diambil sama orang lain dan dibaca apalagi kalau disebarkan
kemana-mana?” kawatir, “ sudahlah Maria jangan seuzdon gitu, ya berdoa saja agar buku
itu ditemukan oleh orang yang baik dan tidak menyebarkan aib orang?” nasehat Dita,
“yasudah kalau begitu, aku
percaya kamu kok taa
nanti aku beli yang baru lagi deh buku diarynya dan disimpan dengan baik-baik
tidak teledor seperti ini lagi janji deh, terimakasih yah sudah mau membantu aku untuk mencari buku diarynya walau hasilnya
nihil..” jawab Maria dengan wajah sedih, “ya sudah kalau begitu bagus deh simpan baik-baik buku diarynya jangan sampai hilang lagi yang kedua kalinya okeh, udah sore nih
pulang yuk nanti dicariin mamah.” Bujuk Dita, “iya nih sudah sore, sekali lagi terimakasih yah Dita atas bantuannya kamu memang teman yang
baik dan saling menolong hatimu suci bagaikan bunga melati yang indah.” Gombalan Maria, “ iya terimakasih kembali, ah kamu itu bisa saja.” Merekapun pulang kerumah
masing-masing dan Maria sudah mengikhlaskannya buku dairy itu hilang dan ia
berniat untuk menggantikannya buku diary yang baru walaupun tak seindah yang
lama.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar